Kamis, 16 Januari 2014

CERITA CALON ARANG

CERITA CALON ARANG
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER



A. PENDAHULUAN
Dongeng adalah medium terindah dalam tradisi lisan Nusantara. Sifat dongeng yang turun temurun diceritakan dalam masyarakat. Namun, dongeng sekarang sudah hampir dilewatkan. Beberapa usaha dilakukan untuk menyelamatkan ingatan akan dongeng itu. Salah satu usahanya dengan mencetak dongeng menjadi media tulis. Dan demi pelestariannya maka Cerita Calon Arang diterbitkan kembali.
Novel ini disusun sebagai buku kanak-kanak, agar bisa membangkitkan cerita lama mereka. Disamping itu buku ini dapat menjadi bahan-bahan informasi bagi murid-murid Sekolah atau Perguruan Tinggi untuk pengetahuan sejarah kesusastraan.

B. ISI NOVEL
Novel Cerita Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer ini mengisahkan tentang kehidupan pada jaman dahulu dimana ada sebuah negara bernama Daha. Penduduknya hidup makmur sentosa dipimpin oleh Raja Erlangga yang sangat bijaksana. Keadaan berubah mencekam karena ulah Calon Arang ia mempunyai seorang anak gadis cantik bernama Ratna Manggali. Calon Arang buruk kelakuannya karena ia suka membunuh, merampas dan menyakiti manusia karena ia punya banyak ilmu.
Suatu hari Calon Arang mendengar para penduduk membicarakan Ratna Manggali. Ia sangat marah, lalu ia membangkitkan penyakit untuk menumpas orang sebanyak-banyaknya. Berita kekejaman Calon Arang sampai ke telinga Raja, Raja mendengar bahwa banyak rakyat mati karena tumbal dan teluh Calon Arang. Raja memerintahkan pasukannya untuk membawa Calon Arang, namun pasukannya mati semua.
Hanya Empu Baradah yang dapat menaklukan teluh dan sihir Calon Arang, ia kemudian menyuruh muridnya bernama Empu Bahula untuk menikah dengan Ratna Manggali. Empu Bahula menantu Calon Arang penasaran karena setiap sore mertuanya pergi membawa kitab ke kuburan. Ternyata kitab itu adalah sumber dari teluh Calon Arang. Empu Bahula mengambil dan menyerahkan kitab tersebut kepada Empu Baradah. Akhirnya pertempuran antara Empu Baradah dan Calon Arang terjadi. Calon Arang mati dikalahkan oleh Empu Baradah. Negara Daha dapat terbebas dari teluh dan sihir Calon Arang. 

C. TOKOH DAN WATAK DALAM NOVEL
Dalam Novel Cerita Calon Arang ada berbagai tokoh dan memiliki watak berbeda-beda. Tokoh tersebut diantaranya adalah :
1. Calon Arang : seorang janda yang jahat, mempunyai ilmu hitam yang digunakan untuk kejahatan.
2. Empu Baradah : seorang petapa yang bergelar Empu atau Guru, ia taat sekali pada agama. Suka menolong, ramah, ia juga pandai, pengasih, dan penyayang.
3. Raja Erlangga : Raja yang bijaksana dan peduli terhadap rakyatnya.
4. Empu Bahula : murid dari Empu Baradah yang baik dan sangat penurut pada Guru.
5. Ratna Manggali : anak gadis Calon Arang yang cantik dan baik.
6. Wedawati : anak dari Empu Baradah,  ia sangat baik kepada sesama dan cekatan dalam bekerja.

D. TEKNIK PELUKISAN TOKOH
Di dalam cerita novel Cerita Calon Arang ini, Pramoedya melukiskan para tokoh-tokohnya dengan menggunakan teknik eksploratif atau teknik analisa, yaitu menggambarkan para tokoh cerita secara jelas dan rinci. Itu semua terbukti dengan beberapa kutipan mengenai pelukisan para tokoh dalam cerita ini.
“Calon Arang seorang perempuan setengah tua. Ia mempunyai anak perawan yang berumur lebih 25 tahun. Ratna Manggali namanya. Bukan main cantik gadis itu.
Sekalipun demikian tak seorang pun pemuda yang datang meminangnya, karena takut pada ibunya. Calon Arang. Calon Arang ini memang buruk kelakuannya. Ia senang manganiaya sesama manusia, membunuh, merampas, dan menyakiti. Calon Arang berkuasa. Ia tukang teluh dan punya banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang.
Sebagai pendeta perempuan pada Candi Dewi Durga banyak sekali murid dan pengikutnya. Ia seorang dukun yang banyak mantranya. Dan mantra-mantranya itu manjur belaka. Itulah sebabnya tak ada orang berani padanya.”
(Cerita Calon Arang, karya Pramoedya, 2003:13)

E. TANGGAPAN PEMBACA
Banyak aktivis perempuan mengkritik dongeng Cerita Calon Arang yang ditulis Pramoedya. Kata mereka, penggambarannya sangat bias gender, memojokkan kaum perempuan. Pramoedya dituding terlalu sarkas menggambarkan Calon Arang sebagai perempuan pembunuh, perempuan yang buas karena menyuruh muridnya berkeramas menggunakan darah manusia.

F. BIOGRAFI PRAMOEDYA ANANTA TOER
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 dan meninggal diJakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun, secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-ania tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia.
   
Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan.
1. Juli 1969 - 16 Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan
2. Agustus 1969 - 12 November 1979 di Pulau Buru
3. November - 21 Desember 1979 di Magelang
Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S/PKI, tapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.

G. BUKU-BUKU KARANGAN PRAMOEDYA
Selama hidupnya, Pramoedya banyak sekali menyumbang buku-buku karyanya. Buku-buku tersebut ialah :
Sepoeloeh Kepala Nica (1946), hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947
Kranji–Bekasi Jatuh (1947), fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi
Perburuan (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949 (dicekal oleh pemerintah karena muatan komunisme)
Keluarga Gerilya (1950)
Subuh (1951), kumpulan 3 cerpen
Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen
Mereka yang Dilumpuhkan (I & II) (1951)
Bukan Pasarmalam (1951)
Di Tepi Kali Bekasi (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Juli 1947
Dia yang Menyerah (1951), kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerpen
Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953
Gulat di Jakarta (1953)
Midah Si Manis Bergigi Emas (1954)
Korupsi (1954)
Mari Mengarang (1954), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
Cerita Dari Jakarta (1957)
Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958)
Panggil Aku Kartini Saja (I & II, 1963; bagian III dan IV dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Kumpulan Karya Kartini, yang pernah diumumkan di berbagai media; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Wanita Sebelum Kartini; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Gadis Pantai (1962-65) dalam bentuk cerita bersambung, bagian pertama triologi tentang keluarga Pramoedya; terbit sebagai buku,1987; dilarang Jaksa Agung; jilid kedua dan ketiga dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan (1964); dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1963)
Lentera (1965), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
Bumi Manusia (1980); dilarang Jaksa Agung, 1981
Anak Semua Bangsa (1981); dilarang Jaksa Agung, 1981
Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1981)
Tempo Doeloe (1982), antologi sastra pra-Indonesia
Jejak Langkah (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
Sang Pemula (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
Hikayat Siti Mariah, (ed.) Hadji Moekti, (1987); dilarang Jaksa Agung, 1987
Rumah Kaca (1988); dilarang Jaksa Agung, 1988
Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.) Oei Tjoe Tat, (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
Arus Balik (1995)
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1997)
Arok Dedes (1999)
Mangir (2000)
Larasati (2000)
Cerita Calon Arang (1957)
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005)

H. PENGHARGAAN YANG DIRAIH PRAMOEDYA
Penghargaan yang telah diraih Pramoedya semasa hidupnya, antara lain :
Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996
Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
The Norwegian Authors Union, 2004
Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004

 (Yunia Tri Mawarni /12201241015)
Tulisan ini untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Sastra. Tulisan ini merupakan karya sendiri, bukan jiplakan atau karya orang lain.

Daftar Pustaka :
Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Cerita Calon Arang. Jakarta: Lentera Dipantara.
Anonim. 2013. ”Pramoedya Ananta Toer,” www.wikipediaindonesia.com. Diunduh pada 3 Juni 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar